Nina,aku dan bapak vp

Ketemu anak-anak di saat solat tarawih, ada yang endut, lebih gendut dari amel, Nina namanya, seingatku begitu, karna dia begitu pemalu menyebutkan namanya di saat ustadz ceramah. Nina endut datang bersama dengan temannya yang temannya datang bersama orang tuanya, ada Ibu atau kakak atau tante temannya. Nina ke masjid dengan temannya. Nina menyiapkan minum dan peralatan sholat sendiri, ada beberapa makanan dan uang ditasnya. Nina yang sangat gendut untuk anak SD kelas 2. Kemana orang tuanya, Ibu atau kakaknya? Mengapa dia ditinggal dan tidak ditemani ibu atau kakaknya, makan apa yang ia suka dan minum apa saja entah berapa kalori nya.
Cerita lagi ke aku yang mengapa semandiri ini. Balik mundur ke masa kecil. Aku tak ada waktu untuk ditinggal mama dan papa. Selalu ada mama dan selalu diawasi. Untuk main siang pun pintu dikunci dan kunci entah dimana. Main keluar siang aku harus lompat jendela. Mereka selalu mengawasi aku dan menemani sampai aku sekarang. Bertanya kegiatan harian, setiap hari. Entah saat berangkat sekolah, saat pulang atau berangkat kerja dan pulang kerja, entah diwaktu senggang dirumah atau di Camp. Entahlah, aku memiliki kehidupan yang selalu dengan mereka sepanjang hari. Semasa sekolah, Papa juga setiap hari telfon kerumah, cek disiang hari. Dan sampai sekarangpun selalu tanya apa kegiatan hari ini, lagi apa, makan apa, mengapa tidak olah raga, mengapa sakit, sudah kedokter, sudah berapa lama, makan sudah berapa kali dan lainnya. Sampai seringnya begitu, papa mama bisa membedakan aku bohong atau tidak dalam 1x pertanyaan.
Cerita lagi tentang Vice President yang datang lagi ada investigasi, aku gabung di timnya. Liat beliau berpikir, menyampaikan pendapat dan menyimpulkan. Sepertinya sama dengan pola pikir ku dan cara penyampaian beliau juga bisa dikatakan sama. Ya itu sepertinya masadepan ku.
Nah, kita kaitkan nina kecil, aku dan si Bapak VP,  satu hal, jika sejarah akan berulang, aku ingin seperti mama, yang ada terus dirumah, ada waktu untuk anaknya. Dengan waktu yang banyak untuk anak, dewasa dia akan mandiri. Jika aku dengan masa depan seperti si Bapak VP, apa aku akan mengorbankan itu dengan kemandirian anakku?

Komentar