Dimana Kita


Sekarang lagi banyak penggalangan dana untuk palestina (semoga Allah SWT melindungi mereka, Aamiin). Dari masyarakat biasa, golongan, golongan kusus untuk palestina, kantor, lembaga masyarakat, atau anak sekolah, semua ikut berpartisipasi. Ada lagi yang disebar dimedia online, yang meminta sumbangan dan melampirkan foto korban. Tapi memang benar, berapapun yang terkumpul memang tidak menggantikan nyawa yang hilang.

Mungkin narasi diatas terlalu jauh. Poin yang aku sampaikan begini. Penggalangan dana dilakukan di persimpangan jalan, disebar di masjid dan kawasan public lainnya. Apa yang kita lakukan untuk saudara kita setanah air yang kurang semua, hanya maut dan penjahat saja yang belum datang. Penggalangan dana untuk tetangga saja yang belum makan, anaknya sakit dan hampir tiap saat mereka memerlukan bantuan. Entah siapa yang peduli dengan mereka. Penggalangan dana untuk biaya sekolah anak si A, atau penggalangan dana untuk fakir kawasan B. Apa perlu mereka diserang dulu atau mendapat musibah dulu (nauzubillah) baru kita peduli?

Entahlah, kadang kita berpikir terlalu jauh, melihat terlalu jauh, berangan- angan sampai lupa daratan. Gajah didepan mata tak tampak. Orang mengais makan untuk perut sehari saja tak terlihat, ya, mereka belum mati saja, atau belum dijajah Israel saja. Apa perlu begitu dulu kita peduli mereka?

Penggalanan dana untuk warga miskin daerah A, penggalangan modal usaha untuk masyarakat kawasan B, penggalangan bantuan kemanusiaan untuk kawasan C, agaknya ini terjadi disaat ramadhan saja, sedang mereka juga lapar dibulan lainnya. Agaknya mereka juga perlu bertahan hidup dari hari ke hari. Entah kemana kita. Cobalah piker, mereka yang begitu sehariannya, apa tak pilu hatinya, kita membantu yang jauh dulu baru yang dekat?

Semakin ke akhir tulisan, rasanya tulisan ini semakin bullshit. Semakin angan- angan wangi bunga bangkai. Seperti kentut, keluar dan hilang.

Komentar