Oleh- oleh cuti kemarin dibuatin sama adik mama ku, tek des,
kerupuk disambelin. Kerupuk singkong yang di kasih sambel terasi, biasaynya tek
des bikin itu untuk di warung sama ampere( rumah makannya). Nah, si mama ada
ide untuk buatin itu, 2 bungkus gede yang sekitar 50 bungkus kecil. Kamis
nyampai rumah, mama langsung bilang, besok berangkat bawa itu ya, sudah mama
pesan sama tek des, minta dibikinin 50 bungkus, aku yang bingung, langsung
bilang iya aja.
Dipikiran udah macam- macam, kayak malu bawa itu, kepikiran
teman2 dikantor bakal ngetawain, sampai ada rencana tinggalin kerupuknya di
bandara.
Saat pamitan untuk balik
kerja, aku udah disiapain 2 plastik besar, yang banyak banget sambel dan
minyaknya. Udah di plastic dan beberapa lakban. Dan ternyata juga tinggal bawa
aja, enggak pake bayar.
Kerupuk sambel aku masukin ke travel bag ukuran medium,
travel bag baru, yang dibeliin papa waktu di dubai. Semua kelar dan sesuai
prediksi, kerupuknya enggak pecah ditaruh di bagasi pesawat. Aku yang flight 3x
untuk nyampe kantor, sampai di camp, siap- siap ke kantor dan bawa kerupuk
sambel. Aku sedikit malu membawanya, ya, seperti yang kuceritakan sebelumnya.
Sebelum siang, teman- teman kantor udah pada heboh, mana oleh- oleh, aku yang
kebetulan ada kerjaan, konsentrasi dikerjaan. Waktu makan siang, baru aku bawa
kerupuk sambel ke pantry kantor. Ternyata teman- teman pada senang, beda dengan
perkiraanku sebelumnya dan pada suka, ada yang bawa pulang juga.
Apa ya, aku melawan pikiran dan rasa malu karna takut satu
hal. Tentang bekal yang disiapkan orang tua, waktu anaknya merantau. Kita
kadang malu, gengsi, bawa semua dari kampung yang disiapkan orang tua, bekal yang
sangat berat karena umumnya orang tua pasti takut anaknya kekurangan di rantau
tapi pikirkan satu hal, siapa tau, itu bekal terakhir yang mereka berikan.
Komentar