Selamat pagi
waktu camp.
Weekend sebelum puasa ramadhan, Kita (gw and t' Geng) tour Ke Samarinda,berangkat pagi Dari Camp, Kita mulai berangkat dengan pengisian fuel pertama. A.k-a dompet.:)
Sangatta samarnda ditempuh dengan lama 4 jam, dengan berhenti di perhentian makan bontang. Disana ada tahu brontak atau tahu sumedang. perjalanan yang jauh, bikin gw. mati gaya, hape Pake acara enggak ketemu. matilah. #Jadi Zombie. keluarlah jurusku, tebak-tebakan Garing (sepertinya Garing pada gw sudah jadi penyakit akut xixixi # ketawaalay. 3 Jam kemudian, Kita nyampe di Samarinda, Udah mau tahun ke 2 disni, baru itu gw yang disamannda bukanlewat aja.
waktu camp.
Weekend sebelum puasa ramadhan, Kita (gw and t' Geng) tour Ke Samarinda,berangkat pagi Dari Camp, Kita mulai berangkat dengan pengisian fuel pertama. A.k-a dompet.:)
Sangatta samarnda ditempuh dengan lama 4 jam, dengan berhenti di perhentian makan bontang. Disana ada tahu brontak atau tahu sumedang. perjalanan yang jauh, bikin gw. mati gaya, hape Pake acara enggak ketemu. matilah. #Jadi Zombie. keluarlah jurusku, tebak-tebakan Garing (sepertinya Garing pada gw sudah jadi penyakit akut xixixi # ketawaalay. 3 Jam kemudian, Kita nyampe di Samarinda, Udah mau tahun ke 2 disni, baru itu gw yang disamannda bukanlewat aja.
Check In-dihotel yang pemandangannya langit, bugus. gw Mandi lagi Udah gerah, Dan lni Mandi kedua gw hahaha. You know. Waktu Kita kesana, bertepatan dengan acara tahunan kabupaten KuKar - Kutai Karta Negara.Sayangnya, Schedule acara tidak tersedia di hotel Kami. * gw browsing Kan, apa ituu erau.
..
in GPS, perjalanan menuju kutai kartanegara |
posisi di perjalanan by GPS |
Erau adalah sebuah tradisi budaya Indonesia yang dilaksanakan setiap tahun dengan pusat kegiatan di kota Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Erau berasal dari bahasa Kutai, eroh yang artinya ramai, riuh, ribut, suasana yang penuh sukacita. Suasana yang ramai, riuh rendah suara tersebut dalam arti: banyaknya kegiatan sekelompok orang yang mempunyai hajat dan mengandung makna baik bersifat sakral, ritual, maupun hiburan
Sejarah[sunting]
Erau pertama kali dilaksanakan pada upacara tijak tanah dan mandi ke tepian ketika Aji Batara Agung Dewa Sakti berusia 5 tahun. Setelah dewasa dan diangkat menjadi Raja Kutai Kartanegara yang pertama (1300-1325), juga diadakan upacara Erau. Sejak itulah Erau selalu diadakan setiap terjadi penggantian atau penobatan Raja-Raja Kutai Kartanegara.
Dalam perkembangannya, upacara Erau selain sebagai upacara penobatan Raja, juga untuk pemberian gelar dari Raja kepada tokoh atau pemuka masyarakat yang dianggap berjasa terhadap Kerajaan.
Pelaksanaan upacara Erau dilakukan oleh kerabat Keraton/Istana dengan mengundang seluruh tokoh pemuka masyarakat yang mengabdi kepada kerajaan. Mereka datang dari seluruh pelosok wilayah kerajaan dengan membawa bekal bahan makanan, ternak, buah-buahan, dan juga para seniman. Dalam upacara Erau ini, Sultan serta kerabat Keraton lainnya memberikan jamuan makan kepada rakyat dengan memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya sebagai tanda terima kasih Sultan atas pengabdian rakyatnya.
Setelah berakhirnya masa pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara pada tahun 1960, wilayahnya menjadi daerah otonomi yakni Kabupaten Kutai. Tradisi Erau tetap dipelihara dan dilestarikan sebagai pesta rakyat dan festival budaya yang menjadi agenda rutin Pemerintah Kabupaten Kutai dalam rangka memperingati hari jadi kota Tenggarong, pusat pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara sejak tahun 1782.[2]
Pelaksanaan Erau[sunting]
Pelaksanaan Erau yang terakhir menurut tata cara Kesultanan Kutai Kartanegara dilaksanakan pada tahun 1965, ketika diadakan upacara pengangkatan Putra Mahkota Kesultanan Kutai Kartanegara, Aji Pangeran Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat.
Sedangkan Erau sebagai upacara adat Kutai dalam usaha pelestarian budaya dari Pemda Kabupaten Kutai baru diadakan pada tahun 1971 atas prakarsa Bupati Kutai saat itu, Drs.H. Achmad Dahlan. Upacara Erau dilaksanakan 2 tahun sekali dalam rangka peringatan ulang tahun kota Tenggarong yang berdiri sejak 29 September 1782.
Atas petunjuk Sultan Kutai Kartanegara yang terakhir, Sultan A.M. Parikesit, maka Erau dapat dilaksanakan Pemda Kutai Kartanegara dengan kewajiban untuk mengerjakan beberapa upacara adat tertentu, tidak boleh mengerjakan upacara Tijak Kepala dan Pemberian Gelar, dan beberapa kegiatan yang diperbolehkan seperti upacara adat lain dari suku Dayak, kesenian dan olahraga/ketangkasan.[3]
Waktu Pelaksanaan[sunting]
Meskipun Erau dikaitkan pelaksanaannya dengan ulang tahun kota namun beberapa jadwal Erau dilaksanakan pada waktu lainnya.
Tahun | Mulai | Berakhir | Keterangan |
2001 | 22 September | 30 September[4] | |
2002 | 28 September | - | Bersamaan dengan Festival Keraton Nusantara[5] |
2003 | 22 September | 29 September[6] | |
2004 | 27 Desember | 3 Januari 2005[7] | |
2008 | 14 Desember | 22 Desember[8] | |
2009 | 22 Juli | 3 Agustus[9] | |
2010 | 15 Juli | 19 Juli | |
2011 | 3 Juli[10] | 10 Juli[11][12][13] | Pra pembukaan sejak 29 Juni: Beluluh Sultan, Menjamu Benua, Merangin. Paska penutupan 11 Juli: Merebahkan Ayu |
2012 | 1 Juli[14] | 8 Juli |
Erau sebagai pesta budaya[sunting]
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kutai untuk menjadikan Erau sebagai pesta budaya yakni dengan menetapkan waktu pelaksanaan Erau secara tetap pada bulan September berkaitan dengan hari jadi kota Tenggarong, ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kesultanan Kutai Kartanegara.[3]
Festival Erau yang kini telah masuk dalam calendar of events pariwisata nasional, tidak lagi dikaitkan dengan seni budaya Keraton Kutai Kartanegara tetapi lebih bervariasi dengan berbagai penampilan ragam seni dan budaya yang ada serta hidup dan berkembang di seluruh wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.[3]Foto pada saat pembukaaan jug ada, waktu sultan keraton keluar keraton:
sebalh sana itu musium mulawarwan, sultan lagi keluar, untuk merestu acara |
terlihat yag di dekat jenjang rumah, ada suktan |
kelar kelaur keraton, beras warna warni disebar ke masyarakat |
tempat duduk sultan |
naga, pada tepian tempat duduk sultan |
ini dari kutaikartanegara.com |
Komentar