raso pareso yang diajarkan Urang Minang




Kalau sudah merantau jauh dari bumi ranah minang, pituah adaik akan terngiang- ngiang. Kecil di ranah minang, kita diajarkan mata pelajaran kusus Budaya Alam Minangkabau dan Arab melayu.
Untuk BUdaya Alam Minangkabau (selanjutnya disingkat BAM) dipelajari sampai kami masing SMP dan untuk Arab Melayu, kami pelajari sampai SD.

Pada BAM kita mempelajari pituah- pituah minang, yang semuanya untuk menjadi kan kita tetap dalam koridor adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah- alam takambang jadi guru- alun takilek alah takileh-alah tau jantan batinonyo
Dalam menggunakan bergaul dalam masyarakat, kita mengenal kato mandaki, kato manurun, kato mandata, kato malereng.
1. kato mandaki : digunakan untuk bergaul dengan yang lebih tua, ukuran umur.
2. kato malereng : digunakan untuk yang ditinggikan sarantiang , dalam arti dituakan dalam masyarakat, walau dari segi umur, bisa jadi seumuran atau lebih muda.
3. kato mandata ; digunakan untk seumuran.
4. kato manurut : untuk umur yang lebih muda dari kita.

Urang Minang Pantang mancari musuh- Basuo Pantang di ilakkan  (pantang mencari musuh, kalau bertemu juga tidak berkilah).

Dalam kihidupan sosial yang saya rasakan seperti gigik lidah sabalun bakato (gigit lidah sebelum bicara), tajamnya lidah bisa melukai hati orang lain. Dengan sedikit sindiran, urang minang sudah mengerti (alun alun takilek alah takileh ). Di perantauan kita sering menahan hati dan tahan bicara, ada beberapa yang tidak bisa dengan sindiran, kurang peka. Beberapa berbicara sesukanya padahal kalau kembali ke pituah minang untuk gigik lidah-rasakan dulu di kita yang berkata- bawakan itu kalau itu saya- apa yang saya rasakan, kembalikan dulu ke kita, hal ini dilakukan agar tidak menyakiti hati orang lain.
Saya juga masih belum begitu baik sebagai urang minang, tapi kalau perbedaan kontras seperti ini pada budaya lain- agaknya bikin makan hati tuan. Raso pareso (rasa dan periksa).

Bukankan pikir pelita hati.

Ada hadist yang berkata " kalau masakanmu tercium rumah sebelah- hantarkan ke tetanggamu"
kalau di rantau begini orang gq canggung lagi, misal dalam hal undangan- yang ini diundang- yang ini enggak, dua- duanya kenal ketemu pas ngasi undangan dianya lagi barengan, *pingsan*

Kami perantau kami pun diajarkan alam takambang jadi guru- dima bumi dipijak, ditu langit dijunjung (dimana berada- disesuaikan dengan budaya di sana)

PITUAH

Nak Urang koto ilalang
Nak lalu ka pakan Baso
Malu jo sopan kok lah ilang
Habihlah raso jo pareso

Jikok kato bamulo dari hati
Yo ka hati juo ka masuaknyo
Jikok kato bamulo dari lidah
Talingo sajo parantiannyo



*dari kami nan takana kampuang

Komentar

Anonim mengatakan…
Hello. And Bye.