Fair Value - IFRS


A.     Pengertian Fair Value

a. Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm's length transaction). (PSAK no 10).
b.       Fair value sebagai tingkat harga dimana aset dapat ditukar pada transaksi sekarang di antara pihak-pihak yang mengetahui dan bersedia. Untuk hutang, fair value diartikan sebagai jumlah yang akan dibayarkan untuk mentransfer kewajiban kepada debitor baru. (FASB).

c.       Fair value is defined in terms of a price agreed by a willing buyer and a willing seller in an arm’s length transaction.(International Accounting Standar)

bahwa model akuntansi berdasarkan historical cost tidak mengakui adanya perubahan nilai bersifat ekonomis, dan cenderung membiarkan perusahaan memilih sendiri apakah dan kapan mengakui adanya perubahan tersebut. Ini mendorong adanya bias dalam pemilihan apa yang dilaporkan, dan memperburuk kompromi model historical cost dapat mendorong kebijakan manajemen investasi yang tidak baik, menjual saham yang menguntungkan dan menahan saham yang merugikan.

B. Cara Menghitung Fair Value
Dalam standar akuntansi keuangan sesuai dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 55, konsep fair value ini memiliki tiga hierarki, yaitu



Level 1: harga Dikutip (disesuaikan) di pasar aktif untuk aktiva yang identik atau kewajiban, yaitu mereka yang tersedia di pasar dan biasanya diperoleh dari berbagai sumber.
    • Biasanya instrumen yang telah listing langsung di bursa diklasifikasikan sebagai Level 1. seberapa aktif pasar dan bagaimana instrumen yang diperdagangkan harus  dipertimbangkan Pasar aktif adalah satu di mana transaksi dilakukan secara rutin dan secara wajar's.  Misalnya, jika aktivitas perdagangan untuk keamanan adalah harga rendah dan tidak diperbarui secara teratur, keamanan kemungkinan harus diklasifikasikan sebagai Level 2 atau Level 3
  • Level 2: Masukan selain harga pasar termasuk dalam Level 1 yang diamati untuk aktiva atau kewajiban, baik secara langsung (yaitu sebagai harga) atau tidak langsung (yaitu berasal dari harga).
  • Level 3: Masukan untuk aktiva atau kewajiban yang tidak berdasarkan data pasar yang dapat diobservasi (input tidak teramati).
 jika pasar tidak aktif, menurut Jusuf, penentuan nilai bisa menggunakan transaksi-transaksi wajar terkini antara pihak-pihak yang mengerti dan berkeinginan.
Jika pasar tidak aktif, maka penentuan nilai wajar menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian utamanya berdasarkan pada asumsi internal manajemen mengenai future cash flow dan appropriately risk-adjusted discount rates.
Indikasi pasar tidak aktif adalah sebagai berikut :
1.       peningkatan yang signifikan selisih ask price dan bid price.
2.       pihak yang melakukan bidding jumlahnya terlalu kecil.
3.       adanya volatilitas harga pasar yang sginifikan.
4.       jumlah efek yang ditransaksikan relatif kecil dibandingkan dengan jumlah efek yang beredar.
5.       penurunan signifikan atas volume dan level aktivitas perdagangan.
6.       Dalam penilain suatu asset terkadang memerlukan jasa dari profesi penilai atau Appraisers untuk menilai suatu asset.
C.                  Peranan Profesi Penilai (Appraisers) dalam penerapan Fair Value
Penilai, sebagai satu profesi, merupakan orang yang dianggap kompeten memberikan oponi nilai yang kebetulan di disitu dibutuhkan untuk kepentingan keuangan/akuntansi. Maka, penilai menyesuaikan apa yang diinginkan oleh laporan keuangan itu. Sebenarnya, penilaian pada awalnya dilakukan untuk agunan. Karena, pada awalnya penilaian memang lebih banyak digunakan untuk menilai agunan. Itu bisa berbeda kalau tujuannya untuk laporan keuangan.
Untuk kepentingan laporan keuangan, sebenarnya, di sana ada asset berupa tanah dan bangunan yang tujuannya bukan untuk dijual, tapi untuk diteruskan penggunaannya secara operasional sebagai bagian usahanya. Misalnya, kantor sebagai aset operasional, maka dicatatkan sebagai aset tetap di dalam neraca. Aset tetap itulah yang diatur dalam PSAK 16.

Dalam penilaian properti, secara konvensional ada tiga metode atau hierarki disesuaikan dengan standar akuntansi :
  1. menggunakan pendekatan pasar.
Yang gunakan adalah harga pasar. Pendekatan yang mengambil langsung pembandingnya dari property sejenis yang nilai di pasar.
  1. mempertimbangkan nilai pendapatan
Misalnya perkantoran, karena dia menghasilkan pendapatan, maka metodenya menggunakan pendekatan pendapatan.
  1. pendekatan biaya


D.     Kebaikan Menggunakan Fair Value

a. Relevance. Banyak orang percaya bahwa standard akuntansi historical cost telah banyak kehilangan relevansinya karena kegagalannya mengukur realitas ekonomi. Hampir semua orang setuju bahwa peristiwa ekonomi---yaitu, kejadian yang mengubah waktu kapan arus kas diterima dan jumlahnya yang akan datang – harus tercermin (terungkap) dalam laporan keuangan lembaga. Akan tetapi, seringkali model historical cost hanya mengukur transaksi sudah selesai dan gagal mengakui adanya perubahan nilai riil lain yang dapat terjadi.

b. Reliability. Masalah yang selalu ada yang tidak dapat dihindari adalah bahwa model akuntansi berdasarkan historical cost tidak mengakui adanya perubahan nilai bersifat ekonomis, dan cenderung membiarkan perusahaan memilih sendiri apakah dan kapan mengakui adanya perubahan tersebut. Ini mendorong adanya bias dalam pemilihan apa yang dilaporkan, dan memperburuk kompromi kenetralan dan dipercayainya informasi keuangan.

E.      Keburukan Menggunakan Fair Value

a. Fair value berusaha menyediakan informasi yang transparan dengan menilai aset pada tingkat harga yang dihasilkan jika segera dilikuidasi-sehingga sangat sensitif terhadap pasar.

b. Akuntansi fair value bekerja melalui akuntansi mark-to-market (MTM), yaitu aset dicantumkan pada harga pasar mereka jika diperdagangkan secara terbuka. Menggunakan akuntansi mark-to-market akan berakibat perubahan yang terus-menerus pada laporan keuangan perusahaan ketika nilai aset mengalami kenaikan dan penurunan serta laba dan rugi yang dicatat. Hal ini membuat semakin sulit untuk memastikan apakah laba dan rugi diakibatkan oleh keputusan bisnis yang dibuat manajemen atau oleh perubahan yang terjadi di pasar.

c. Volatility. Lembaga keuangan mengatakan bahwa mereka takut akuntansi berdasarkan pasar akan menyebabkan volatility kinerja lembaga (karena semakin mudahnya nilai item-item aktiva dan pasiva berfluktuasi). Walaupun sebenarnya lembaga keuangan yang senantiasa mengelola bahaya yang mengancam asset dan liability hanya sedikit takut dengan market value accounting. Laporan keuangan lembaga keuangan yang kurang efektif dalam mengelola risiko akan tercermin pada volatility yang selalu ada dalam setiap usahanya. Para investor dan kreditur akan memiliki informasi yang lebih berguna dan relevan dalam membedakan risiko antar perusahaan, ketika mengambil keputusan investasi dan keputusan pemberian kredit (jika menggunakan MVA).


Komentar

Anonim mengatakan…
thanks infonya sangat membantu :)
nov_saracen mengatakan…
yes,sama2
ini aku summary dari beberapa sumber juga